UJARAN.MAKASSAR – Geliat kunjungan wisatawan lokal dan asing pasca terbukanya kembali penerbangan terlihat mulai tumbuh signifikan di Sulsel, peluang dari sektor tersebut bisa di harapkan bisa menjadi salah satu pintu pemasukan pajak daerah.
Terbangunnya beberapa bandara perintis baru di Sulsel merupakan pintu masuk bagi para wisatawan sehingga di perlukan keterlibatan semua pihak didalamnya.
Pengamat Pariwisata Sulsel Hendra Nick menjelaskan dalam pengembangan potensi pariwisata diperlukan kerja sama antar semua stakeholder, pasalnya banyak slot bisnis didalam nya yang memungkinkan pelaku ekonomi kreatif serta Komunitas untuk ambil bagian memajukan pariwisata.
“Saya kira kita di sini (sulsel) sudah punya modal luar biasa dalam menggali dan mengembangkan pariwisata, kita punya bandara di toraja, di bone, selayar dan beberapa lainnya. Selain itu peran serta keterlibatan Pelaku ekonomi kreatif dan komunitas juga harus di perkuat karena mereka nanti adalah palang pintu yang berhadapan dengan wisatawan.” Jelas Pendiri Lingkar Penulis Pariwisata ini, Sabtu (02/07/22)
Hendra Nick Arthur melanjutkan keberadaan infrastruktur pariwisata seperti bandara, jalan dan sejumlah fasilitas lainnya di Sulawesi Selatan belum sepenuhnya dapat dinikmati sembilan juta warga Sulawesi Selatan.
“Keberadaan fasilitas-fasilitas itu hanya dinikmati segelintir pihak saja. Kita lihat pelaku industri pariwisata Sulsel hanya itu-itu saja yang bermain di sektor ini,” ujar dia.
Provinsi Sulawesi Selatan, lanjut Hendra memiliki potensi market bisnis di sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang besar. Namun kata dia industri ini telah dikuasai sekelompok pelaku bisnis tertentu sehingga dampak pertumbuhan ekonomi di sektor ini hanya dinikmati kelompok-kelompok tertentu.
“Sulsel cukup berbangga, karena seluruh perangkat pelaku industri pariwisata yang diatur dalam Undang-undang kepariwisataan sudah ada. Sulsel sudah jadi episentrum bisnis kepariwisataan di Indonesia wilayah timur. Sayangnya hanya kelompok-kelompok tertentu yang menikmati,” kata dia.
Hendra yang juga Direktur Eksekutif pertama sejak Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) terbentuk di Sulsel mengatakan pengembangan potensi kepariwisataan di Sulawesi Selatan bakal tidak maksimal jika dilaksanakan secara parsial tanpa mengedepankan konsep kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
“Khusus di Sulsel, terdapat sederet destinasi yang bisa dikembangkan dan memiliki potensi sebagai titik industri pariwisata daerah, namun kerap terkendala karena minimnya semangat kolaborasi lintas stakeholder,” katanya.
Pada titik tersebut, kata mantan jurnalis LKBN Antara ini, keberadaan pelaku industri pariwisata sebaiknya mampu menjadi alternatif untuk melakukan konsolidasi yang bersifat inklusif sehingga konsep pengembangan pariwisata terealisasi menjadi lebih atraktif.
Dia menguraikan, pelaku industri pariwisata daerah sebagai garis terdepan bisa mengambil peran untuk lebih mengangkat destinasi daerah menjadi lebih populis di kalangan wisatawan yang jadi sasaran, melalui langkah konsolidasi dan kolaborasi lintas stakholder.
“Pemerintah sudah komitmen untuk sisi askesibilitas dan amenitas, butuh kolaborasi industri juga. Kemudian atraksi hingga yang bersifat promosi pariwsata bisa dilakukan bersama dengan optimalisasi kelembagaan antar sektor,” ucapnya.
Pendiri Lingkar Penulis Pariwisata daerah ini menilai langkah tersebut tidak berlebihan lantaran kelembagaan industri kepariwisataan daerah sudah menjadi sebuah manifestasi dari Undang Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 yang bermuara pada optimalisasi sektor pariwisata dalam membangun perekonomian menjadi lebih atraktif.
“Pelaku industri pariwisata daerah jangan diam. Harus membuka ruang yang lebar untuk kolaborasi, otoritas dan pelaku industri pariwisata mestinya meredam ego masing-masing. Sehingga tidak perlu lagi ada gerakan parsial-parsial dalam pengembangan kepariwisataan kita,” tutupnya. (AS)
0 Comments