Dugaan Penganiayaan Siswa SD di Indragiri Hulu Berujung Kematian: Korban Sering Dibully karena Suku dan Agama


Menurut keterangan Gimson Beni Butarbutar, ayah korban, putranya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan sejak sepekan sebelum meninggal.

UJARAN.CO.ID – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh tragedi memilukan. Seorang siswa kelas 2 SD berinisial KBmeninggal dunia setelah diduga menjadi korban penganiayaan oleh lima kakak kelasnya. Peristiwa tragis ini terjadi di salah satu sekolah dasar di Indragiri Hulu, dan kini tengah menjadi sorotan publik, terutama karena adanya dugaan unsur bullying berbasis suku dan agama.


Menurut keterangan Gimson Beni Butarbutar, ayah korban, putranya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan sejak sepekan sebelum meninggal. KB disebut sering menjadi korban perundungan karena perbedaan latar belakang suku dan agama. “Dibilang suku ini, agama ini,” ujar Gimson saat diwawancarai media, Minggu (1/6/2025).


Kronologi Kejadian


Kejadian bermula saat KB pulang lebih awal dari sekolah pada Senin, 19 Mei 2025. Saat itu, sepeda miliknya diketahui telah dikempeskan oleh kakak kelasnya. Keesokan harinya, ia kembali pulang cepat dengan dalih ada kegiatan sekolah, namun sang ibu menyampaikan bahwa KB mengaku sedang tidak enak badan.


Malam harinya, kondisi kesehatan KB memburuk drastis. Ia mengalami demam tinggi, sakit pinggang, muntah-muntah, serta luka bengkak di bagian perut. Gimson kemudian menggali informasi dari salah satu teman sekelas anaknya dan mendapatkan pengakuan bahwa KB telah dipukuli oleh lima siswa kakak kelasnya.


Meski Gimson telah melaporkan hal ini kepada wali kelas, ia menyayangkan tidak adanya respons atau tindak lanjut dari pihak sekolah.


Pada Minggu, 25 Mei 2025, kondisi KB makin memburuk: muntah bercampur darah, sesak napas, dan kejang-kejang, hingga akhirnya meninggal dunia.


Polisi Tetapkan 5 Terduga Pelaku


Polres Indragiri Hulu telah mengidentifikasi lima terduga pelaku, masing-masing berinisial HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13). Meski seluruh terduga pelaku masih berusia di bawah umur, pihak berwajib menyatakan bahwa proses hukum akan tetap berjalan, disesuaikan dengan peraturan perlindungan anak dan sistem peradilan pidana anak di Indonesia.


Saat ini, polisi juga tengah melakukan proses otopsi terhadap jenazah KB guna memastikan penyebab pasti kematian dan mendalami dugaan kekerasan fisik.


Tanggapan dan Reaksi Publik


Kasus ini memicu keprihatinan luas di masyarakat. Aktivis perlindungan anak dan organisasi masyarakat sipil menuntut:

Tindakan tegas terhadap pelaku kekerasan meskipun masih anak-anak.

Evaluasi sistem pengawasan sekolah dalam mencegah perundungan.

Perlunya pendidikan inklusif dan toleransi sejak dini, untuk mencegah diskriminasi berbasis identitas.


Pihak sekolah hingga kini belum memberikan keterangan resmi, sementara Kementerian Pendidikan diharapkan turun tangan untuk menyelidiki dan mengambil tindakan terhadap kelalaian pihak sekolah, bila terbukti lalai.



Catatan: Kasus ini menyoroti daruratnya sistem perlindungan anak di lingkungan pendidikan. Tragedi KB bukan hanya soal kekerasan fisik, tapi juga mencerminkan kegagalan sistem pendidikan dalam membangun lingkungan yang aman, adil, dan inklusif bagi semua anak.

0 Comments