Bongkar Rahasia Produk Mewah! Viral, Produsen China Ungkap Fakta di Balik Tas Hermes hingga Legging Lululemon


Salah satu akun TikTok yang mencuri perhatian, @bagbestie1, secara gamblang menunjukkan proses produksi tas mewah yang selama ini dianggap simbol status. 

UJARAN.CO.ID, Jakarta – Ketegangan dalam perang dagang Amerika Serikat dan China kembali memuncak menyusul kebijakan terbaru Presiden AS, Donald Trump, yang menetapkan tarif impor hingga 145 persen untuk produk China. Kebijakan ini menuai reaksi keras dari pelaku industri dan memicu tren baru di media sosial.


Sejumlah produsen asal China mulai membongkar tabir industri fesyen global melalui video-video viral yang menyasar merek-merek mewah dunia. Dalam tagar bertajuk #PerangDagang, mereka mengungkap bahwa berbagai produk mewah Barat seperti Hermes, Dior, hingga Lululemon sebenarnya dibuat di China dengan ongkos produksi sangat rendah.


Salah satu akun TikTok yang mencuri perhatian, @bagbestie1, secara gamblang menunjukkan proses produksi tas mewah yang selama ini dianggap simbol status. “Beberapa orang menyebut bahwa tag ‘made in China’ membuat tas tidak bisa terlihat mewah. Namun kenyataannya lebih dari 80 persen tas dari brand ternama di dunia dibuat di China,” ujarnya.


Dalam video tersebut, disebutkan bahwa biaya produksi sebuah tas Hermès Birkin, yang dijual dengan harga mencapai 38.000 Dolar AS (Rp637 juta), sebenarnya hanya memerlukan biaya produksi sekitar 1.000 Dolar AS (Rp16 juta). “Banyak yang tidak tahu bahwa selisih harga itu berasal dari kekuatan branding, bukan kualitas,” ujarnya.


Fenomena serupa terjadi pada produk lain seperti legging Lululemon yang dijual di AS seharga 100 Dolar AS (Rp1,6 juta). Video menunjukkan bahwa produk tersebut berasal dari pabrik di Yiwu, China, dengan biaya produksi hanya 5-6 Dolar AS (Rp83 ribu - Rp100 ribu). “Kami tunjukkan di mana tempat produksinya, dan bagaimana Anda bisa beli langsung tanpa biaya retail,” ujarnya.


Tak hanya produsen, beberapa agen pengiriman dan sourcing juga turut mengunggah konten edukatif yang memberikan tips untuk memesan langsung dari pabrik. Platform seperti Taobao, WeChat, dan WhatsApp menjadi alternatif penghubung antara pembeli dan pabrik. “Kami berikan panduan langsung agar konsumen bisa memesan tanpa pihak ketiga,” ujarnya.


Tren ini terjadi di tengah diberlakukannya akhir dari kebijakan de minimis AS, yang sebelumnya membebaskan barang murah dari bea masuk jika nilainya di bawah ambang tertentu. “Dengan dihapusnya kebijakan itu, harga barang impor dari China bisa melonjak drastis,” ujar salah satu kreator video.


Kondisi ini berdampak signifikan bagi pelaku usaha kecil yang mengandalkan pengiriman langsung dari China ke AS. Banyak yang kini harus memutar strategi agar tetap bisa menjual dengan harga bersaing. “Kami ingin buka mata masyarakat, bahwa banyak barang ‘mewah’ ternyata buatan pabrik yang sama,” ujarnya.


Viralnya video-video ini menciptakan gelombang kesadaran konsumen global terhadap rantai produksi dan markup harga yang terjadi di balik nama besar sebuah merek. Di sisi lain, tren ini juga memperlihatkan bagaimana perang dagang memicu transparansi industri yang selama ini tertutup.


Sementara itu, hingga kini belum ada tanggapan resmi dari merek-merek besar yang disebut dalam video tersebut. Namun analis menyebut fenomena ini bisa menjadi pukulan telak bagi persepsi pasar dan strategi penetapan harga mereka di masa depan. “Transparansi menjadi senjata baru dalam ekonomi digital saat ini,” ujarnya.

0 Comments