Atlet Keluhkan Pemotongan Anggaran: Saya Bukan Mesin Pak, Butuh Pembinaan


Seorang atlet nasional, Andi Jerni, mengungkapkan kekecewaannya terkait pemangkasan anggaran olahraga yang berimbas pada honor atlet dan program pembinaan.

UJARAN.CO.ID, JAKARTA – Seorang atlet nasional, Andi Jerni, mengungkapkan kekecewaannya terkait pemangkasan anggaran olahraga yang berimbas pada honor atlet dan program pembinaan. Melalui unggahan di media sosial, ia menyampaikan keberatan atas kebijakan efisiensi yang mencapai 40%.


"Pak Men, kita dapat surat edaran dari Bu Sri Mulyani berisi tentang efisiensi anggaran semua kementerian, dan di sana disebutkan bahwa rencana efisiensi mencapai 40% untuk honor output kegiatan pelatnas dan jasa profesi atlet," ujarnya.


Menurut informasi yang diterimanya, hanya empat cabang olahraga (cabor) yang akan diprioritaskan dalam pelatnas terdekat, yakni angkat besi, panjat tebing, silat, dan bulu tangkis. Atlet dari cabor lainnya terancam kehilangan kesempatan pembinaan.


"Info dari yang kami dapatkan, pelatnas yang diprioritaskan hanya empat cabor: angkat besi, panjat tebing, silat, dan bulu tangkis," ujarnya.

Lebih lanjut, Jerni mempertanyakan pencairan gaji atlet untuk Januari 2025 yang seharusnya masih menggunakan anggaran tahun 2024.


"Kalau memang anggaran 2024 sampai Januari 2025, mana gaji kami yang bulan Januari? Harusnya sudah di tangan kami karena pakai anggaran 2024," ujarnya.

Ia juga menyoroti nasib para atlet yang telah bergabung dalam tim dengan performa tinggi, namun terancam terkena dampak efisiensi ini.


"Bagaimana nasib teman-teman kami yang tergabung saat tim 200% kemarin? Masa Januari 2025 pakai anggaran 2024?" ujarnya.


Menurutnya, penghentian program pembinaan atlet adalah kebijakan yang tidak tepat. Ia menilai periode pelatnas dari Oktober 2024 hingga Januari 2025 menjadi sia-sia jika tidak ada kepastian mengenai anggaran.


"Nih ya, harusnya nggak usah diberhentiin pembinaan, Pak. Sia-sia banget pelatnas Oktober 2024 – Januari 2025," ujarnya.

Ia juga mengkritik ketidakjelasan manfaat dari program pelatnas yang tidak berkelanjutan, yang justru membebani atlet tanpa kepastian ke depan.

"Gunanya pelatnas nanggung itu untuk apa?" ujarnya.


Sebagai atlet yang tengah mempersiapkan diri untuk ajang World Games 2025, Jerni mengaku kelelahan dengan situasi ini. Ia menegaskan bahwa atlet bukanlah mesin dan membutuhkan program pembinaan yang konsisten.


"Cape saya jadi atlet kalau diginiin. Saya bukan mesin, Pak. Saya butuh pembinaan," ujarnya.


Ia juga mengungkapkan kekecewaannya karena sejumlah try out internasional yang seharusnya berlangsung pada Maret dan April 2024 batal terlaksana akibat kebijakan ini.


"Saya harusnya ada try out juga di bulan 3 dan 4... gagal semua," ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Kemenpora maupun Kementerian Keuanganterkait keluhan para atlet.

0 Comments