Tradisi Attumate di Takalar: Perabot Gantikan Amplop Duka


Video yang beredar luas itu direkam di Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, saat prosesi kematian salah satu warga bernama Aji Siriwa.

UJARAN.CO.ID - Sebuah video tradisi unik dari Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak deretan perabot rumah tangga yang disusun rapi di depan rumah duka, menjadi sorotan warganet karena berbeda dari tradisi perkabungan pada umumnya. Tradisi ini dikenal sebagai Attumate, sebuah ritual penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia.


Video yang beredar luas itu direkam di Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, saat prosesi kematian salah satu warga bernama Aji Siriwa. Dikonfirmasi pada Minggu (1/6/2025), Ketua Karang Taruna Garudaya Desa Cikoang, Safaruddin Salam, membenarkan bahwa itu adalah bagian dari tradisi lokal yang telah berlangsung turun-temurun.


“Kalau di kota kan biasanya orang melayat bawa amplop, uang. Tapi kalau di sini berbeda, warga membawa barang-barang seperti ember, sarung, pakaian, dan lainnya. Kita sebut itu kappara. Isinya tergantung kemampuan masing-masing yang datang,” jelas Safaruddin.


Tradisi Attumate sendiri berlangsung cukup panjang, selama 40 hari 40 malam. Kegiatan ini bukan hanya tentang memperingati orang yang telah meninggal, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas sosial dan spiritual antarwarga di desa. Semua barang yang diberikan nantinya akan disalurkan kepada pihak-pihak yang turut membantu proses pemakaman, seperti yang memandikan dan menyalatkan jenazah.


“Yang menyiapkan barang-barang itu biasanya keluarga dekat almarhum. Setelah pemakaman selesai, mereka akan mengantarkan barang-barang itu ke rumah orang-orang yang telah membantu proses pemakaman,” tambah Safaruddin.


Tradisi ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai gotong royong dan penghormatan kepada sesama tetap hidup di tengah masyarakat, meski zaman terus berubah. Banyak warganet yang mengapresiasi praktik ini karena mengedepankan kepedulian dan kebersamaan, bukan semata formalitas dalam berduka.


Fenomena ini juga menjadi pengingat bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya lokal yang unik dan menyentuh, serta layak untuk terus dilestarikan di tengah modernisasi zaman.

0 Comments