Ibunda TAP, S (42), mengungkapkan bahwa kekhawatiran muncul sejak anaknya tidak mengalami menstruasi meskipun sudah duduk di kelas 2 SMP. “Awalnya saya pikir hanya terlambat, seperti kakaknya,” ujarnya.
Namun, S semakin curiga ketika memeriksa kondisi fisik TAP dan menemukan ciri-ciri fisik menyerupai laki-laki. TAP kemudian dibawa ke puskesmas pada 23 Oktober 2024 dan dirujuk ke sejumlah rumah sakit, termasuk RS Fatmawati.
Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa TAP memerlukan operasi bertahap, termasuk penurunan testis dan perbaikan saluran kemih, untuk menyesuaikan kondisi fisiknya.
Keluarga berharap proses operasi dapat dilakukan secepatnya. Namun, penggunaan BPJS Kesehatan membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk mendapatkan jadwal operasi.
“Kami ingin cepat operasi supaya anak saya bisa menjalani hidupnya dengan normal,” kata S.
Kasus ini menjadi perhatian medis dan keluarga berharap adanya solusi agar TAP dapat melanjutkan kehidupannya tanpa kendala. Dukungan dari masyarakat dan pihak terkait sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan proses medis yang kompleks ini.
Perubahan kondisi TAP menunjukkan pentingnya edukasi dan akses kesehatan untuk memahami kasus-kasus medis yang jarang terjadi, terutama terkait perubahan fisik yang memengaruhi perkembangan seseorang.
0 Comments