OPINI: Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng di Tengah Ketidakstabilan

Foto: Yusran Darmansa (penulis) Mahasiswa Unhas asal Kabupaten Soppeng.

UJARAN.OPINI – Berorganisasi merupakan proses
pembelajaran apalagi di kalangan mahasiswa, dalam organisasi memiliki struktur kepemimpinann dan setiap periode di adakan pergantian ketua begitulah organisasi pada umumnya, yang di laksanaka melalui musyawarah dan melibatkan seluruh warga dari internal organisasi itu, yang mencerminkan nilai nilai lembaga dan kaidah kaidah dalam berorganiasi yang di jewantahkan dalam wujud musyawarah.

Beda halnya yang terjadi d IMPS (Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng) yang berdiri sejak beberapa tahun yang lalu, sempat mengalami kekosongan pemimpin dari tahun 2017 pada saat itu ketua terakhir dari delegasi UNM dan mengalami kevakuman. Diawal tahun ini diadakanlah kongres istimewa dan semua delgasi sepakat atas diadakannya kongres istimewa tersebut tetapi jumlah kepesertaan tentu dibatasi karena di tengah Pandemi Covid-19.

Mengalami vakum hingga beberapa tahun, Pada tanggal 22 maret 9 delegasi menonalak hasil hasil kongres, karena tidak mencerminkan kaidah-kaidah berlembaga dan melahirkan ketua yang dianggap akan buruk untuk imps kedepannya, surat yang di layangakn tidak di indahkan, hal ini sangatlah tidak sesuai dan tidak gentle dalam menyikapi tindakan-tindakan dari beberapa delegasi IMPS, ini justru asyik membuka jalur pertemuan kepada para legislator tetapi mengesampingkan memperbaiki internal d tubuh IMPS itu sendiri.

“Silatuhrahmi menindak lanjuti ketidak sepahaman antara semua delegasi yang menimbulkan perpecahan dan menjauhkan jarak silatuhrahmi antara beberapa delegasi,” demikian kata penulis Yusran.

Beberapa delegasi menganggap cacat PP IMPS saat ini, dan wacana pelantikan itu dianggap tidak mampu memperkuat simpul-simpul dalam lembaga tertinggi mahasiswa Soppeng, konflik yang masih terjadi di tubuh IMPS itu tidak terselesaikan dan siapa yang akan dilantik?.

“Saya sebenarnya sangat sedih melihat kondisi internal PP IMPS, akibat dari adanya ketua terpilih dari kongres istimewa kemarin muncul perpecahan di antara Delegasi yang mana ada menolak hasil-hasil kongres karena tidak sesuai dengan kaidah-kaidah berorganisasi yang dianggap inkonstitusional karena hanya di hadiri oleh beberapa delegasi, bagian utama dalam IMPS yaitu meneggakkan asas kekeluargaan yang menjadi acuan kepada seluruh mahasiswa soppeng untuk tetap menjalin silatuhrahmi. Namun kita liat saat ini justru silaturahmi itu agak renggang dan bisa saja kedepannya muncul kubu-kubu baru d tubuh IMPS akibat dari tidak tersalurkannya aspirasi dari setiap delegasi,” penulis menambahkan.

Salah satu poin yang paling mendukung untuk ditolak karena kongres dilaksanakan sangat terburu-buru dan terkesan dipaksakan, sehingga meskipun mekanisme kongres menyatakan konstitusional, akan tetapi tidak akan mencapai unsur kemanfaatan karena sebagian besar delegasi secara umum dan delegasi yang merupakan penggagas kongres secara khusus tidak merasa terwakilkan hak suara dan hak demokrasi dalam penetapan Ketua dan MPO PP IMPS sehingga tujuan diadakan kongres untuk bangkit dari kevakuman jauh dari kata tepat sasaran, bahkan berimplikasi pada dualisme organisasi apabila dipaksakan.

0 Comments