“Konsep 'khalifah' dalam Islam menjadi landasan moral untuk mengajarkan siswa menjaga lingkungan hidup. Al-Quran dan hadis memberi pesan tegas untuk tidak merusak bumi,” ujarnya. Dalam tafsir Al-Quran yang diterbitkan Kementerian Agama, kata khalifah (QS Al Baqarah: 30) diartikan sebagai pengelola alam semesta, tambahnya.
Rakernas tahun ini mengusung tema “Execution Matters! Beres Ya,” dengan tiga fokus utama: isu lingkungan, toleransi, dan nasionalisme. Menag menekankan pentingnya pendidikan agama untuk menjawab tantangan global, khususnya krisis lingkungan, melalui pendekatan ekoteologi.
“Nilai pelestarian lingkungan harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan agama, menjadikannya bagian dari ibadah dan tanggung jawab manusia,” tegasnya. Menurut Menag, konsep ini relevan dengan isu-isu modern dan memberikan pendekatan holistik pada pembelajaran.
Visi kedua yang diusung adalah penguatan toleransi melalui moderasi beragama. Menag memperkenalkan "Kurikulum Cinta" sebagai metode inovatif untuk menanamkan nilai toleransi dalam Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
“Pendidikan adalah jalan utama menciptakan masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman, termasuk melalui moderasi beragama,” ujarnya. Moderasi beragama dianggap strategis dalam membangun masyarakat yang inklusif dan menanamkan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.
Pilar ketiga yang ditekankan adalah nasionalisme. Menag menegaskan pentingnya pengajaran sejarah, budaya lokal, dan penghayatan nilai-nilai Pancasila untuk memperkuat cinta tanah air. “Nasionalisme bukan sekadar slogan, melainkan ruh dari setiap kebijakan pendidikan kita,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Abu Rokhmad, menambahkan pentingnya eksekusi program yang tepat untuk mendukung kemajuan pendidikan Islam. “Perencanaan yang baik tidak berarti apa-apa tanpa eksekusi yang bersih, responsif, dan melayani,” ujarnya.
Ia juga memperkenalkan visi besar Pendidikan Islam, yakni "MAJU dan HEBAT." MAJU adalah akronim dari Melayani, Amanah, Juara, dan Unggul, sedangkan HEBAT berarti Helpful, Excellent, Brave, Active/Authentic, dan Think.
Rakernas ini dihadiri oleh berbagai stakeholder Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dari seluruh Indonesia. Agenda utama mencakup talkshow inspiratif bersama Dr. Ary Ginanjar untuk membangun Pendis Culture, serta sidang komisi yang membahas empat topik strategis: guru dan tenaga kependidikan, pendidikan tinggi keagamaan Islam, madrasah, serta pesantren.
“Rakernas ini adalah momentum untuk memperkuat komitmen bersama dan memastikan manfaat nyata bagi masyarakat dan bangsa, ujarnya.
0 Comments