Arak-arakan Bulan Bintang Mesjid Jami Babul Rahim Dulolong Dihadiri Ratusan Orang

UJARAN.NTT – Kegiatan Pemasangan Bulan Bintang Masijd Jami’ Babul Rahim Dulolong, Desa Dulolong, Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor di bagi dalam dua tahap. Prosesi Pengantaran Bulan Bintang dari Kota Kalabahi (Ibu Kota Kabupaten Alor) yang terletak di Kecamatan Teluk Mutiara menuju ke Dulolong.

Prosesi pengantaran di awali dari rumah Kapitang Dulolong (Rumah Bapak. H. Taufik Nampira) yang terletak di Kampung Raja Kelurahan Kalabahi Kota, Bulan Bintang di arak dengan berjalan kaki menuju ke Rumah Molang/Rumah Tukang, Kusmadi Galeko di Kelurahan Wetabua, Rombongan arak-arakan ini kurang lebih 300 orang dari 5 Masjid sekitaran Kota Kalabahi yang terdiri dari para Remaja Masjid, dan Ibu-ibu BKMT.

Rombongan pengantar Bulan Bintang (BB) di terima secara adatia oleh keluarga di Wetabua yg melibatkan seluruh unsur masyarakat lintas agama.

“BB di serahkan oleh Bapak H. Ahmad Ilyas Ambao kepada Molang dan di terima oleh Perwakilan Molang yakni Bapak Alimudin Tolang. Seterusnya bermalam satu malam di rumah Molang,” ujar Rasid Miran selaku Ketua Panitia Acara Budaya Pengantaran Bulan Bintang saat dihubungi via WhatsApp, pada Minggu 17 Juli 2022.

Kegiatan menjaga BB di rumah Molang pada malam hari di isi dengan lego-lego atau tarian masal tradisional masyarakat Dulolong.

Bulan Bintang (BB) diantar oleh Para Molang dan Jamaah dari Masjid Babul Jihad Wetabua dan Mujahidin Lipa serta beberapa jamaah Masjid lain menuju ke Rumah Raja yang terletak di Kampung Raja, Kelurahan Kalabahi Kota dengan cara di arak, untuk dilihat oleh Bapak Raja Alor (Bapak H. Marjuki Nampira).

Di Istana Raja, Bapak Raja di dampingi oleh 7 suku dari Dulolong yang berdomisili di Kalabahi (Futung Limang) dan keluarga dari Adang 10 kampung, Pura 7 kampung dan Alor 3 Kampung. Berbaur keluarga Muslim dan Nasrani untuk menerima BB dari Wetabua yg diantar para Molang dan keluarga Muslim dari beberapa Masjid di area Kalabahi.

Sesampai di Gerbang Istana, rombongan Arak arakan di tahan oleh Penjaga/utusan Raja (Bapak Marjuki Kalake) menanyakan maksud kedatangan (Prosesi Adatia) setelah di beritahu oleh juru bicara, utusan meminta untuk rombongan menunggu sebentar untuk dilaporkan ke Raja tentang maksud kedatangan, setelah Raja mengizinkan barulah rombongan pengantar BB diizinkan masuk ke Istana. Setelah Raja berkenan untuk melihat BB yang di bawa maka selanjutnya Raja memerintahkan BB tersebut di bawa oleh seluruh rakyatnya ke Dulolong tersebut buat di pasang pada tempatnya di Masjid Babul Rahim Dulolong. Maka tepat pukul 10.15. BB diantar ke Dulolong,” ungkap Rasid.

“Setelah di lepas Raja Rombongan di pimpin oleh Keluarga Raja dan para utusan berangkat ke Dulolong, sampai di pertengahan jalan, rombongan di hadang oleh keluarga Jemaat Gereja Adang di Desa Adang Buom degan tujuan menyematkan kain sarung dan ikut bersama sama mengantar BB ke Dulolong. Selain Ibu Pendeta, hadir juga orang tetua kampung, antara lain, Bapak Jhon Modu, Bapak Otniel Lily, Bapak Melky Belly, Bapak Karel Lapenangga, Bapak Mel Atakay, Bapak Yustus Dopong Abora,” lanjutnya.

“Prosi Adatiah pemasangan BB, setelah perintah Raja untuk prosesi berjalan, BB di keluarkan dari Rumah Tapo yang dilepas oleh Kepala Suku, Uma Dopu (Bapak Darwin Dj. Duru) dan diterima oleh 3 suku Kafening (Suku Lekaduli, Suku Lamaholot, dan Suku Folboa) setelah itu dengan dikawal oleh pasukan Jongtera (pasukan Kerajaan) BB diantar untuk diserahkan ke 4 suku Hola (Uma Kakang, Uma Tukang, Uma Kapitang, dan Uma Dopu) untuk selanjutnya diserahkan ke tukang untuk di pasang dalam proses ini Raja juga didampingi oleh Kepala Suku Butung (Keluarga Wakatobi) yang sejak abad 17 sudah menetap di Kelurahan Binongko dan Kampung Dulolong dibuktikan dengan adanya Sumur Butung (Fei Butung) air sumur Binongko,” Tutupnya. (Red)

0 Comments