![]() |
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amin Suyitno, menekankan pentingnya penguatan kapasitas akademik dan intelektual mahasantri. |
UJARAN.CO.ID, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan Webinar Tadarus Pesan Trend bertajuk “Ma’had Aly Go Internasional” yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Pendidikan Pesantren. Acara ini membahas kesiapan Ma’had Aly dalam menghadapi tantangan global.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amin Suyitno, menekankan pentingnya penguatan kapasitas akademik dan intelektual mahasantri. “Pesantren telah terbukti menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan. Namun, untuk menjawab tantangan zaman, kita perlu terus memperkuat sistem pendidikan di Ma’had Aly, baik dari aspek kurikulum, metodologi pembelajaran, maupun pemanfaatan teknologi,” ujarnya.
Staf Khusus Menteri Agama, Farid F. Saenong, menyatakan komitmen Kemenag untuk mendorong internasionalisasi Ma’had Aly melalui program kolaboratif. “Kita ingin melihat alumni Ma’had Aly tidak hanya mumpuni menjadi pemikir Islam, tetapi juga mampu memberikan kontribusi di tingkat global melalui kajian-kajian keislaman yang berbasis pada khazanah pesantren,” ungkapnya.
Namun, klaim kesiapan Ma’had Aly untuk go internasional patut dipertanyakan. Apakah peningkatan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar sudah sejalan dengan standar global? Apakah fasilitas yang ada memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang kompetitif di kancah internasional? Pernyataan bahwa “ma’had aly di Indonesia siap go internasional” perlu dibuktikan dengan data konkret dan evaluasi independen.
Selain itu, pengalaman alumni Ma’had Aly yang menimba ilmu di luar negeri melalui program non-degree, meskipun berharga, memiliki keterbatasan dalam durasi. Apakah pengalaman singkat tersebut cukup untuk membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Ma’had Aly di Indonesia? Suswandi, alumni Santri International Fellowship di UK London, mengaku mendapat banyak pengalaman berbeda selama belajar di Inggris. Namun, implementasi pengalaman tersebut dalam konteks lokal masih menjadi tanda tanya.
Kemenag perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kesiapan Ma’had Aly sebelum mengklaim siap go internasional. Langkah konkret seperti peningkatan fasilitas, penyesuaian kurikulum dengan standar global, dan pelatihan tenaga pengajar harus menjadi prioritas. Tanpa langkah nyata, klaim internasionalisasi Ma’had Aly dikhawatirkan hanya menjadi retorika tanpa realisasi.
Dalam upaya internasionalisasi, Ma’had Aly juga harus mempertimbangkan isu-isu global seperti ekoteologi. Direktur Pesantren, Basnang Said, menyampaikan bahwa “isu-isu global seperti ekoteologi perlu menjadi entri point dari Ma’had Aly.” Namun, sejauh mana isu-isu tersebut telah diintegrasikan dalam kurikulum dan praktik pendidikan Ma’had Aly masih perlu ditinjau lebih lanjut.
Klaim kesiapan Ma’had Aly untuk go internasional harus didukung dengan bukti nyata dan langkah strategis yang terukur. Tanpa itu, upaya internasionalisasi berpotensi menjadi sekadar slogan tanpa substansi.
0 Comments