![]() |
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada triwulan IV-2024 tetap terjaga meskipun dunia menghadapi divergensi pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian pasar keuangan global. |
Dalam rapat KSSK I 2025 yang digelar Selasa (21/1), Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan langkah antisipatif untuk menghadapi dinamika global yang memengaruhi pasar keuangan domestik.
Divergensi Ekonomi Dunia dan Dampaknya
Pada triwulan IV-2024, ekonomi global menunjukkan tren beragam. Amerika Serikat mencatat pertumbuhan yang kuat, sementara Eropa dan Jepang melemah. Di sisi lain, ekonomi Tiongkok tumbuh 5,4% (yoy) berkat stimulus ekonomi. Ketidakpastian pasar keuangan global juga meningkat akibat kuatnya ekonomi AS, yang mendorong ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) tertunda. Hal ini menyebabkan indeks dolar AS (DXY) tetap tinggi, memperberat tekanan pada mata uang global.
Meski IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia stagnan di angka 3,3% untuk 2025, Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang solid. Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan mencapai 5% (yoy) di 2024 dan meningkat menjadi 5,2% (yoy) pada 2025. Faktor-faktor seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah turut mendukung performa ini.
Rupiah Stabil, Cadangan Devisa Kuat
Nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah tekanan dolar AS. Pada akhir 2024, Rupiah berada di level Rp16.095 per USD, melemah 4,34% (yoy). Meski demikian, Rupiah menunjukkan penguatan terhadap mata uang negara maju non-dolar. Cadangan devisa Indonesia pun tetap tinggi, mencapai USD155,7 miliar, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor.
Inflasi Terkendali
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 berada dalam target 2,5±1%, dengan angka Desember tercatat sebesar 1,57% (yoy). BI optimistis inflasi 2025 tetap terkendali melalui bauran kebijakan moneter dan pengendalian harga pangan.
Kinerja APBN Solid
APBN 2024 menunjukkan kinerja positif meski dihadapkan pada gejolak global. Pendapatan negara tumbuh 2,1% (yoy) mencapai Rp2.842,5 triliun, sedangkan belanja negara meningkat 7,3% (yoy) menjadi Rp3.350,3 triliun. Pemerintah terus memanfaatkan APBN sebagai shock absorber dengan berbagai kebijakan, seperti subsidi energi, program perlindungan sosial, serta insentif fiskal untuk sektor perumahan dan kendaraan listrik.
Kebijakan BI untuk Stabilitas dan Pertumbuhan
Bank Indonesia menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Januari 2025 untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter ini diimbangi dengan langkah-langkah penguatan pasar uang dan valuta asing, seperti optimalisasi operasi moneter dan strategi stabilisasi nilai tukar.
Dengan langkah-langkah terkoordinasi dari KSSK, pemerintah optimistis perekonomian dan sistem keuangan Indonesia tetap solid menghadapi tantangan global sepanjang 2025.
0 Comments