Dwikorita menjelaskan, fenomena La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif menyebabkan peningkatan intensitas hujan hingga awal 2025. Meski fenomena ini diprediksi netral, ancaman banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi tetap perlu diwaspadai.
Di Jawa Timur, wilayah berpotensi curah hujan tinggi mencakup Blitar, Gresik, Jember, Malang, Pacitan, dan Probolinggo. Curah hujan hingga 300 mm diperkirakan terjadi, dengan peluang lebih dari 60%. Gelombang setinggi 1,25–2,5 meter juga diprediksi di perairan selatan Jawa Timur, meliputi Pacitan hingga Banyuwangi.
Pj. Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, menyatakan kesiapan pemerintah daerah menghadapi potensi bencana. “Langkah mitigasi terus diperkuat dengan koordinasi bersama BMKG untuk memastikan keselamatan warga menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Sementara itu, BMKG juga memperingatkan bahwa Bali berpotensi mengalami curah hujan kategori menengah hingga sangat tinggi di Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Denpasar. Periode kritis diprediksi terjadi pada 15–21 Desember 2024.
Selain itu, gelombang tinggi mencapai 2,5–4 meter diperkirakan melanda perairan selatan Bali. BMKG mengimbau nelayan dan masyarakat pesisir untuk menunda aktivitas di laut selama periode berbahaya ini.
Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesiagaan masyarakat. “Kami terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memberikan informasi terkini. Warga diharapkan tetap waspada terhadap potensi bencana dan mengikuti arahan resmi,” ungkapnya.
BMKG meminta masyarakat di Jawa Timur dan Bali untuk memantau perkembangan informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG. Langkah mitigasi sejak dini sangat penting untuk mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi.
Dengan ancaman cuaca ekstrem ini, masyarakat diimbau untuk menyiapkan langkah antisipasi, seperti memeriksa lokasi aman dari bencana serta memastikan saluran komunikasi darurat tersedia.
0 Comments