![]() |
| Raja Juli menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak semestinya terjadi, mengingat cenderawasih merupakan simbol budaya dan identitas yang sangat sakral bagi masyarakat Papua. |
UJARAN.CO.ID – JAKARTA | Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Papua atas insiden pembakaran burung cenderawasih opset dan mahkota burung cenderawasih oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua.
Raja Juli menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak semestinya terjadi, mengingat cenderawasih merupakan simbol budaya dan identitas yang sangat sakral bagi masyarakat Papua.
"Atas nama Kementerian Kehutanan, saya mohon maaf agar apa yang terjadi ini menjadi catatan. Saya rencana hari ini akan mengumpulkan seluruh BKSDA secara daring untuk menginventarisasi hal-hal yang dianggap tabu atau sakral di masyarakat, agar ke depan penegakan hukum tidak melanggar nilai-nilai lokal," ujar Raja Juli.
Ia menambahkan, evaluasi tersebut akan dilakukan secara menyeluruh di seluruh Indonesia, termasuk wilayah lain seperti Bali, yang juga memiliki nilai adat dan kearifan lokal tinggi.
"Jadi agar hal ini tidak terjadi di Papua, juga di Bali, dan sebagainya. Kita harus menggali kembali istilah, tabu, dan nilai lokal agar lebih berhati-hati," imbuhnya.
Selain meminta maaf, Raja Juli juga menyoroti pentingnya pelestarian burung cenderawasih yang kini menghadapi tantangan dalam upaya penangkaran.
“Tantangan kita di burung cenderawasih adalah pertumbuhan liarnya yang luar biasa. Burung ini sangat sensitif, banyak yang tidak berhasil ditangkarkan karena butuh kondisi suhu dan cahaya tertentu,” jelasnya.
Menhut berharap insiden ini menjadi pembelajaran bersama agar upaya konservasi keanekaragaman hayati tetap berjalan tanpa mengabaikan nilai-nilai kultural dan spiritual masyarakat adat Papua.

0 Comments