PLN Dorong Produktivitas Petani Sulsel, Hemat Biaya hingga 85 Persen

 

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono saat meninjau langsung program Electrifying Agriculture di Desa Kampili, Kelurahan Parangbanoa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

UJARAN.CO.ID, MAKASSAR – Program Electrifying Agriculture yang diinisiasi oleh PT PLN (Persero) sukses meningkatkan produktivitas pertanian di Sulawesi Selatan, khususnya di Desa Kampili, Kelurahan Parangbanoa, Kabupaten Gowa. Program ini mampu menekan biaya operasional hingga 85% dan meningkatkan intensitas panen hingga tiga kali lipat dalam setahun.

Ketua Kelompok Tani Makmur Desa Kampili, Syahruddin, mengungkapkan bahwa penggunaan listrik PLN dengan daya terpasang sebesar 66 kiloVolt Ampere (kVA) telah menjadi solusi utama dalam pengelolaan sawah seluas 200 hektar. "Sebelumnya, masyarakat hanya bisa panen satu kali dalam setahun. Kini, dengan pompa listrik, kami bisa panen hingga tiga kali setahun," ujarnya, Sabtu (19/1/2025).

Menurut Syahruddin, penghematan signifikan juga dirasakan dari segi biaya operasional. Sebelum menggunakan listrik, petani harus mengeluarkan sekitar Rp 360 juta untuk bahan bakar gas LPG dalam satu siklus panen. Setelah beralih ke listrik PLN, biaya tersebut turun drastis menjadi hanya Rp 51 juta. "Total penghematan mencapai Rp 309 juta atau 85,8% per siklus panen," tambahnya.

Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian di Kemenko Perekonomian, Widiastuti, turut mengapresiasi peran PLN dalam mendukung ketahanan pangan nasional. "Program ini menunjukkan bahwa inovasi energi listrik sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan menciptakan efisiensi di sektor pertanian," ungkap Widiastuti.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono, menjelaskan bahwa Electrifying Agriculture merupakan bagian dari komitmen PLN untuk mendukung sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan di Indonesia.

"Program ini dirancang untuk mendorong produktivitas dan pendapatan petani. Selain hemat, penggunaan listrik juga mendukung keberlanjutan energi," jelas Budiono.

Budiono menambahkan, hingga Desember 2024, total pelanggan program Electrifying Agriculture di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat telah mencapai 3.820 pelanggan dengan total daya terpasang sebesar 191.618 kiloVolt Ampere (kVA).

Ia juga mengajak lebih banyak pelaku usaha di bidang pertanian untuk memanfaatkan program ini. "Kami ingin terus berkontribusi pada peningkatan produktivitas nasional melalui penggunaan listrik yang efisien," pungkas Budiono.

Dengan hasil nyata yang dirasakan oleh petani di Gowa, program ini diharapkan dapat diperluas ke wilayah lain untuk mendukung agenda ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

0 Comments