Peringatan Hari Ibu 22 Desember, Permainan Tradisional Jadi Solusi Ketergantungan HP

Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) menginisiasi program Ruang Bersama Indonesia (RBI) untuk memperkuat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di tingkat desa. Program ini mencakup ruang belajar, pelatihan keterampilan, hingga tempat bermain anak berbasis nilai-nilai lokal dan budaya bangsa.
UJARAN.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) menginisiasi program Ruang Bersama Indonesia (RBI) untuk memperkuat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di tingkat desa. Program ini mencakup ruang belajar, pelatihan keterampilan, hingga tempat bermain anak berbasis nilai-nilai lokal dan budaya bangsa.

Kabupaten Bangli di Bali menjadi salah satu wilayah yang berkomitmen menjalankan program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) sebagai dasar pengembangan RBI. Hingga saat ini, sebanyak 72 desa/kelurahan di Bangli telah menyatakan keinginan untuk mengadopsi program ini, yang bertujuan menciptakan lingkungan ramah perempuan dan anak.

Menteri PPPA Arifah Choiri Fauzi menyebut program RBI sebagai langkah strategis untuk mengatasi tantangan sosial, termasuk stunting, kekerasan berbasis gender, dan ketergantungan anak pada gawai. “Melalui permainan tradisional dan edukasi berbasis budaya, anak-anak dapat belajar nilai-nilai kerja sama dan integritas,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Senin (18/12/2024).

Sejak pertama kali diperkenalkan pada November 2020, konsep DRPPA telah berkembang dari 138 desa percontohan di 71 kabupaten/kota menjadi 1.967 desa/kelurahan pada April 2024. Perempuan yang menjadi motor penggerak DRPPA, khususnya istri kepala desa, berperan penting dalam mensosialisasikan 10 indikator utama DRPPA.

Program RBI juga dirancang untuk mengurangi ketergantungan anak pada gawai dengan memperkenalkan kembali permainan tradisional. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi kreatif di tengah tantangan digitalisasi yang kian masif. “RBI bukan hanya program seremonial, melainkan gerakan hati untuk membangun masa depan yang lebih baik,” tambah Menteri PPPA.

Selain anak-anak, program ini juga memberikan manfaat besar bagi perempuan. Pelatihan keterampilan berbasis desa akan meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi lokal. Data yang terkumpul dari RBI juga akan digunakan untuk mendukung Satu Data Perempuan dan Anak, yang menjadi landasan intervensi kebijakan berbasis bukti.

Dalam upaya memperluas jangkauan layanan, program Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 juga diperkuat. SAPA 129 diharapkan mempermudah masyarakat melaporkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, sekaligus menjadi sarana edukasi terkait isu-isu kekerasan berbasis gender.

Menurut Menteri Arifah, kesetaraan gender menjadi kunci utama menuju Indonesia Emas 2045. Peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) menjadi salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam memberdayakan perempuan. IPG Indonesia meningkat dari 89,42 pada 2010 menjadi 91,85 pada 2023.

Tidak hanya itu, angka perkawinan anak juga menunjukkan tren penurunan signifikan, dari 10,82 persen pada 2019 menjadi 6,92 persen pada 2023. Hal ini mencerminkan keberhasilan kolaborasi berbagai pihak dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung perempuan dan anak.

Puncak peringatan Hari Ibu ke-96 pada 22 Desember 2024 akan menjadi momen penting untuk meluncurkan program RBI di enam lokasi percontohan, termasuk Malang, Tangerang, dan Jambi. Program ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam menciptakan desa ramah perempuan dan anak, sekaligus mendukung visi besar Indonesia Emas 2045.

0 Comments