Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melakukan inspeksi langsung ke beberapa alat pemantau cuaca milik BMKG di wilayah Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis (19/12/2024). |
Inspeksi pertama dilakukan terhadap Automatic Weather Observing System (AWOS) di Bandara Juanda. Alat ini berfungsi memantau parameter cuaca seperti kecepatan dan arah angin, tekanan udara, suhu, kelembapan, curah hujan, tinggi dasar awan, serta jarak pandang secara real-time. Data dari AWOS dikirim ke observer BMKG setiap 30 menit dan diteruskan ke Air Traffic Control (ATC) untuk membantu memastikan keselamatan penerbangan saat pesawat take off atau landing.
“AWOS adalah alat krusial dalam mendukung keamanan penerbangan, terutama di tengah meningkatnya potensi cuaca ekstrem,” ujar Dwikorita. Menurutnya, data yang dihasilkan AWOS sangat membantu pilot dan ATC dalam menentukan langkah mitigasi saat cuaca berubah drastis.
Selanjutnya, Dwikorita meninjau Low Level Windshear Alert System (LLWAS), alat yang mendeteksi potensi windshear atau geser angin berbahaya. Dengan 10 sensor yang tersebar di sekitar Bandara Juanda, LLWAS memonitor arah dan kecepatan angin secara intensif. Data dari LLWAS membantu mengidentifikasi potensi turbulensi yang dapat menyebabkan pesawat tergelincir atau kehilangan kendali saat proses landing maupun take off.
Jika potensi windshear terdeteksi, peringatan langsung dikirim ke ATC untuk disampaikan kepada pilot. Hal ini memungkinkan pilot mengambil langkah seperti menunda pendaratan atau mengalihkan penerbangan ke bandara alternatif. “Sistem ini sangat penting, terutama untuk mengantisipasi gangguan cuaca mendadak yang sering terjadi di sekitar bandara,” tegas Dwikorita.
Di Pelabuhan Tanjung Perak, Dwikorita memeriksa Marine Automatic Weather Station (MAWS). Alat ini memantau parameter cuaca maritim seperti suhu, kelembapan, tinggi permukaan air, kecepatan dan arah angin, serta suhu permukaan laut. MAWS juga mampu mengirimkan data per menit untuk memberikan informasi terkait potensi gelombang tinggi, pasang surut, dan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi operasional pelabuhan.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak, Daryatno, menyebutkan bahwa MAWS sangat penting untuk memastikan kelancaran aktivitas pelabuhan, termasuk bongkar muat peti kemas dan keselamatan angkutan barang maupun penumpang. "Informasi yang dihasilkan MAWS membantu mengurangi risiko kecelakaan di pelabuhan, terutama saat kondisi cuaca tidak menentu," jelasnya.
Dwikorita menegaskan bahwa BMKG akan terus meningkatkan pengawasan dan kesiapan alat pemantau cuaca untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. “Ini adalah bentuk tanggung jawab kami untuk melindungi masyarakat, terutama dalam penerbangan dan pelayaran,” ujarnya.
Di akhir inspeksi, Dwikorita meminta masyarakat untuk mendukung tugas BMKG dengan tetap memantau informasi resmi melalui kanal BMKG. “Kami berupaya memberikan data yang cermat, cepat, tepat, dan akurat untuk keselamatan bersama,” pungkasnya.
0 Comments