![]() |
| Kota Miri, wilayah terbesar kedua di Sarawak setelah Kuching dengan populasi sekitar 300.000 jiwa, menjadi tuan rumah kegiatan penting bagi para pendidik Indonesia di Malaysia Timur. Terletak di utara Negeri Sarawak dan berbatasan langsung dengan Brunei Darussalam, Miri menyambut lebih dari 200 guru Indonesia pada 5–9 September 2025. |
UJARAN.CO.ID — Kota Miri, wilayah terbesar kedua di Sarawak setelah Kuching dengan populasi sekitar 300.000 jiwa, menjadi tuan rumah kegiatan penting bagi para pendidik Indonesia di Malaysia Timur. Terletak di utara Negeri Sarawak dan berbatasan langsung dengan Brunei Darussalam, Miri menyambut lebih dari 200 guru Indonesia pada 5–9 September 2025.
Kegiatan di Miri mencakup dua agenda utama, yakni Pelatihan Peningkatan Mutu Sekolah melalui Evaluasi, Visi-Misi, dan Penyusunan Modul serta Pekan Olahraga Guru Indonesia di Malaysia (Percikan Sabindo) ke-7. Kedua kegiatan ini bertujuan memperkuat mutu pendidikan bagi anak-anak Indonesia di wilayah Sabah dan Sarawak.
Pelatihan diisi oleh narasumber dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan materi seputar Education for Sustainable Development (ESD), Deep Learning, Place-Based Learning (PBL), hingga strategi penyusunan modul pembelajaran. Para guru aktif berdiskusi dan menyusun e-modul bermuatan ESD yang siap diterapkan di masing-masing Community Learning Center (CLC).
“Melalui penguatan visi dan misi pendidikan, kami berharap setiap langkah nyata para pendidik di CLC semakin berpihak pada kebutuhan peserta didik dan relevan dengan tantangan zaman,” ujar Sahyuddin, dalam sambutan yang turut dihadiri oleh Pelaksana Tugas Konsul Jenderal RI Kuching Musa Derek Sairwona, PF. Pensosbud KJRI Kuching Ely Syafitri Handayani, serta Koordinator Penghubung CLC Wilayah Sabah–Sarawak.
Usai pelatihan, kegiatan berlanjut dengan Percikan Sabindo 7 yang menjadi ajang olahraga dan kebersamaan tahunan Guru Indonesia di Malaysia. Tahun ini, kegiatan diselenggarakan oleh Guru Indonesia Sarawak (GIS) di Kelab Rekreasi Petroliam dan Champion Futsal, menandai pertama kalinya Sabindo digelar di Sarawak setelah sebelumnya berlangsung di SIKK (Sabindo 1–5) dan Tawau (Sabindo 6).
“Penyelenggaraan Sabindo 7 di Sarawak memberikan kesempatan bagi para guru CLC untuk merasakan langsung semangat kebersamaan dan kompetisi positif,” ujar Sahyuddin, yang tahun lalu sempat menutup Sabindo 6 di Tawau dengan harapan agar kegiatan berikutnya bisa digelar di Sarawak.
Sebanyak enam kontingen turut berpartisipasi dalam ajang Sabindo 7, yakni GIS, SIKK, Kerabat Alam (Keluarga Pantai Barat dan Pedalaman), Gurita (Guru Indonesia Tawau), Sukinemlahtu (Super Kinabatangan Tim dan Lahad Datu), serta K2SP (Kinabatangan Kundasang Ranau Sandakan Pantai Barat).
Mereka berkompetisi dalam berbagai cabang olahraga dan seni seperti bulu tangkis, futsal, takraw, tenis meja, bola voli, basket, catur, menyanyi, melukis, e-sports, dan gaple. Setelah melalui pertandingan yang berlangsung meriah dan sportif, Kontingen GIS keluar sebagai juara umum dengan perolehan lima medali emas, empat perak, dan dua perunggu.
Ketua Kontingen GIS, Rizki Sutrisno, menyampaikan rasa bangganya atas semangat seluruh peserta. “Piala ini milik kita bersama. Percikan Sabindo bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi wadah kebersamaan, persahabatan, dan semangat kekeluargaan antar guru Indonesia di Malaysia Timur untuk terus bersinergi meningkatkan kualitas pendidikan di CLC Sabah dan Sarawak,” ujarnya.
Penutupan kegiatan berlangsung hangat dan penuh haru saat diputar cuplikan foto serta video guru-guru CLC yang telah berpulang mendahului rekan-rekannya. Suasana semakin mengharukan ketika seluruh peserta berjabat tangan dan menyanyikan lagu Sampai Jumpa oleh Endank Soekamti.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mempererat silaturahmi, mengenang perjuangan pendidikan Indonesia di Malaysia, serta memperkuat komitmen bersama dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di luar negeri.

0 Comments