Insiden Kekerasan Diduga Dipicu Pesta Miras OTK di Kampus UPRI Makassar

Menurut kesaksian mahasiswa bernama Hamsar Hidayat (20), pelaku tiba-tiba datang dan langsung menyerang mahasiswa yang sedang berkumpul di depan Sekretariat LEMA FAKES UPRI Makassar.

UJARAN.CO.ID, MAKASSAR – Suasana di lingkungan Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar mendadak mencekam pada Selasa malam (19/8/2025). Sekelompok orang tak dikenal (OTK) yang diduga berada dalam pengaruh minuman keras (miras) melakukan aksi kekerasan di area kampus. Insiden ini mengakibatkan sejumlah mahasiswa menjadi korban dan menimbulkan keresahan di kalangan civitas akademika.

Menurut kesaksian mahasiswa bernama Hamsar Hidayat (20), pelaku tiba-tiba datang dan langsung menyerang mahasiswa yang sedang berkumpul di depan Sekretariat LEMA FAKES UPRI Makassar. “Mereka datang lalu menyerang kami tanpa alasan yang jelas,” ujarnya.

Salah satu korban, Muh. Arham (20), mahasiswa semester enam Fakultas Kesehatan, mengalami luka sobek pada bagian bibir serta memar di pundak, jari, dan kepala. Ia mengaku diserang oleh lima hingga tujuh pelaku saat mencoba menyelamatkan diri. “Saya tidak bisa melawan, hanya bisa melindungi kepala saya,” ungkap Arham.

Korban lainnya, Abd. Azis (20), mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, juga mengalami luka memar di bagian mata kanan setelah berupaya menolong rekannya yang dikeroyok. “Secara refleks saya mencoba menarik teman saya keluar dari kerumunan. Tapi justru saya ikut ditendang dan dipukul,” katanya.

Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga meninggalkan trauma bagi korban. Mereka menegaskan bahwa kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk belajar, bukan tempat praktik kekerasan maupun pesta miras.

Menyikapi kejadian ini, Wakil Rektor III UPRI Makassar, Drs. Firdaus Anas, M.Si, mengecam keras aksi premanisme tersebut. “Kampus harus menjadi tempat yang aman bagi mahasiswa. Kami akan meningkatkan sistem keamanan dan bekerja sama dengan kepolisian untuk mengusut tuntas kejadian ini,” tegasnya.

Sementara itu, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa se-UPRI Makassar menggelar aksi solidaritas di halaman kampus. Dalam orasinya, mereka menuntut pihak rektorat lebih tegas memberantas praktik premanisme serta meminta pemasangan CCTV di titik rawan. “Ini kampus, bukan tempat pesta miras dan tindakan kriminal,” tegas salah satu orator.

Pihak kepolisian dari Polsek Manggala menyatakan telah menerima laporan resmi terkait insiden tersebut. “Kami sudah mengidentifikasi beberapa terduga pelaku berdasarkan keterangan korban dan saksi. Proses hukum akan berjalan sesuai dengan ketentuan,” ujar Kapolsek Manggala, Kompol Semuel To’Longan, SH, MH, M.Si.

Para pakar menilai, kasus kekerasan dan premanisme di lingkungan pendidikan tinggi merupakan ancaman serius bagi iklim akademik. Karena itu, dibutuhkan sinergi antara pihak kampus, aparat penegak hukum, dan mahasiswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif.

Insiden ini sekaligus menjadi peringatan tentang bahaya minuman keras yang kerap menjadi pemicu kekerasan di ruang publik. Pihak universitas bersama aparat keamanan diharapkan memperketat pengawasan serta menindak tegas pelaku demi menjaga marwah kampus sebagai ruang akademik yang bebas dari intimidasi dan kekerasan.

0 Comments