Petani Rugi, KAMRI Demo Bulog Sulselbar Soal Harga Gabah Tak Sesuai HPP


Aksi tersebut dipicu oleh fakta bahwa petani di sejumlah daerah masih menjual gabah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 14 Tahun 2025.

Makassar, UJARAN.CO.ID – Puluhan massa dari Komite Aktivis Mahasiswa Rakyat Indonesia (KAMRI) menggelar demonstrasi di depan kantor Perum Bulog Kanwil Sulselbar, Jalan A. P. Pettarani, Kota Makassar, Selasa (22/4/2025) siang. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap lemahnya pengawasan harga Gabah Kering Panen (GKP) oleh Bulog yang dinilai merugikan petani di berbagai daerah di Sulawesi Selatan.


Aksi tersebut dipicu oleh fakta bahwa petani di sejumlah daerah masih menjual gabah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 14 Tahun 2025. Sesuai ketentuan, HPP-GKP ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram, namun implementasi di lapangan justru jauh dari harapan.


“Petani kita sangat dirugikan karena harus menjual hasil panen mereka di bawah HPP. Ini sangat tidak adil, padahal HPP sudah diatur pemerintah dengan jelas,” ujar Marlo, selaku Jenderal Lapangan KAMRI, dalam orasinya di lokasi unjuk rasa.


Marlo menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan investigasi di sejumlah daerah dan menemukan adanya indikasi bahwa sebagian mitra Bulog membeli gabah dari petani dengan harga lebih rendah dari ketentuan. Hal ini, menurutnya, menjadi penyebab utama rendahnya kesejahteraan petani.


“Kami menduga kuat bahwa mitra Bulog di lapangan melakukan pembelian gabah di bawah HPP. Jika dibiarkan, cita-cita pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan hanya akan menjadi angan-angan,” ujarnya.


Lebih lanjut, Marlo menilai ketidakoptimalan serapan gabah oleh Bulog menjadi salah satu penyebab utama dari persoalan ini. Oleh sebab itu, ia menuntut adanya transparansi data penyerapan gabah oleh Bulog Sulselbar agar publik dapat mengetahui sejauh mana peran Bulog dalam menjalankan fungsi distribusi pangan.


“Kami meminta Kepala Kanwil Bulog Sulselbar segera membuka data akumulasi penyerapan gabah yang sesuai HPP untuk mencegah adanya manipulasi dan dugaan permainan harga,” ujarnya.


Selain tuntutan soal transparansi, massa aksi juga menyoroti kurangnya intervensi Bulog dalam menjaga stabilitas harga gabah di Sulsel. Mereka meminta agar lembaga ini tidak hanya bertindak sebagai penyalur, tetapi juga sebagai pengawas yang aktif terhadap praktik-praktik yang merugikan petani.


“Kami mendesak Bulog untuk turun langsung ke lapangan dan menindak mitra-mitra nakal yang memainkan harga gabah,” ujarnya.


Massa juga menyampaikan bahwa program prioritas pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup petani akan gagal jika regulasi tidak dijalankan secara tegas dan adil. “Kalau tugas dan wewenang yang diamanahkan justru dijadikan alat meraup keuntungan pribadi, maka petani akan terus dirugikan,” ujarnya.


Aksi damai yang berlangsung di tengah teriknya matahari ini juga menyuarakan empat tuntutan utama: transparansi data serapan gabah, peningkatan pengawasan harga, tindakan atas mitra yang bermain harga, dan percepatan program swasembada pangan.


“Bulog seharusnya menjadi garda terdepan dalam menstabilkan harga, bukan justru menjadi bagian dari masalah yang menyengsarakan petani,” ujarnya.

0 Comments